h1

Mandul Akibat Perlengketan

Desember 16, 2011

Perlengketan di rahim ataupun organ-organ reproduksi lain, memang merupakan salah satu penyebab infertilitas atau kemandulan pada wanita.Minimal jadi susah punya anak. Penyembuhannya pun makan waktu lama dan biaya tak sedikit.
Kendati “bentuk”nya kurang lebih sama, perlengketan pada organ-organ reproduksi bisa dibedakan berdasarkan ragam penyebabnya sebagai berikut:

Infeksi

Umumnya ditandai dengan munculnya keputihan. Seberapa pun “kadar” keputihan ini,hendaknya mendapat perhatian serius. Sebab bisa terjadi infeksi dan bisa naik ke atas. Yang tadinya cuma infeksi di serviks atau di vagina, merambat naik ke rahim atau bahkan ke abneksa.

Padahal abneksa terdiri dari tuba/saluran telur, ovarium/indung telur, dan ligamentum atau bagian-bagian penyangga rahim. Penderita bakal merasakan nyeri pinggang atau sakit perut yang luar biasa. Nyeri pinggang ini sebetulnya bisa dibedakan dengan nyeri serupa yang muncul pada sindrom pramenstruasi.Nyeri pramenstruasi mengenal siklus, karena hanya muncul saat menjelang atau selama menstruasi. Sedangkan pada abneksitis, biasanya berlangsung terus-menerus.Tak jarang keluhan ini mengecoh orang.Disangkanya apendiksitis atau radang usus buntu, yang sering dirasakan di sebelah kanan. Soalnya, keluhan abneksitis bisa terjadi di kanan maupun kiri.

Padahal penanganannya relatif mudah karena tak harus menggunakan teknik laparoskopi. Laparoskopi baru akan digunakan jika sudah dipastikan bahwa pelvic pain akibat perlengketan tersebut bukan disebabkan oleh infeksi. Bila akibat infeksi, cukup dengan pemberian obat-obatan golongan antibiotika yang tepat. Hanya saja dibutuhkan kesabaran pasien untuk menjalaninya agar infeksi ini benar-benar sembuh.

Sedangkan pencegahan infeksi alat kelamin antara lain bisa dilakukan dengan menjaga kebersihan diri saat buang air kecil. Terutama, kala terpaksa buang air kecil di tempat umum yang kurang terjaga kebersihannya. Sedapat mungkin segera bilas ketika menemukan air bersih. Selain perhatikan pula pola membasuhnya, yakni dari atas ke bawah. Jangan pernah sebaliknya, dari arah anus ke vagina yang justru berpeluang “membawa” kuman yang mungkin bercokol di anus ke vagina.

Endometriosis

Perlengketan ini lebih parah dibanding perlengketan serupa akibat infeksi. Seorang wanita dikatakan terkena endometriosis bila jaringan endometrium/lapisan dalam uterus, tumbuh bukan di tempat semestinya. Celakanya, yang paling sering ditumbuhi jaringan endometrium ini adalah ovarium. Alhasil,bisa terjadi perlengketan ke usus, rahim, saluran telur, atau ke organ-organ di sekitarnya. Kondisi inilah yang kemudian menjadi salah satu penyebab kemandulan.

Apa penyebab pastinya, sampai saat ini belum disepakati para ahli. Salah satu teori mengatakan, munculnya endometriosis distimulasi oleh hormon estrogen yang berlebihan. Hingga pengobatan dasarnya adalah pengobatan hormonal, yakni pemberian hormon progesteron anti-estrogen minimal 2 bulan. Dengan diberi antinya, diharapkan pertumbuhan jaringan endometrium bisa dihambat hingga tidak berkembang ke mana-mana. Kalaupun tetap muncul, setidaknya hanya berupa nodul-nodul/titik-titik endometriosis. Dengan begitu, perlengketan dan risiko perdarahan saat operasi pun bisa diminimalkan.

Bila dengan pemberian hormon tidak ada perbaikan, biasanya disarankan tindakan operasi laparoskopi atau laparotomi. Bila laparoskopi yang jadi pilihan, sayatannya dilakukan sekecil mungkin di perut. Dari situ akan dimasukkan trochar berisi kamera agar dokter bisa melihat “isi perut” pasien dengan tampilan yang dibesarkan sekian kali. Sedangkan dengan laparotomi akan diadakan pembedahan seperti halnya operasi sesar agar tim dokter yang menangani bisa melihat langsung “isi perut” dalam ukuran sebenarnya. Kendati risiko perlukaannya lebih banyak.

Setelah operasi pun, pemberian hormon tetap diberikan sampai 3-6 bulan kemudian untuk mencegah kekambuhan lagi. Sebab, endometriosis tidak akan sembuh 100 persen dan frekuensi kekambuhannya pun tinggi. Meski sudah dioperasi,contohnya, suatu saat bisa saja kambuh lagi.Artinya, kendati dalam garis keturunan tak ada yang menderita endometriosis, selain merasa diri oke-oke saja, bukan tidak mungkin terkena endometriosis juga.

Kuretase Berulang

Tindakan kuretase, terlebih bila dilakukan berulang dalam tenggang waktu dekat, diduga juga memicu timbulnya perlengketan. Meski perlengketannya bukan pada organ-organ reproduksi bagian dalam, melainkan hanya terbatas pada rahim/uterus. Terlebih bila kuretnya tidak steril, hingga endometrium yang seharusnya berbentuk rongga jadi menutup. Karena tidak ada rongga inilah, yang bersangkutan jadi susah punya anak atau bahkan mandul.

Itu sebabnya,,semua pihak, terutama kaum perempuan,tidak terlalu menjadikan kuretase sebagai “jalan keluar” yang paling mudah dari permasalahan ginekologik yang dihadapi. Semisal pada kehamilan-kehamilan yang tidak diinginkan. Apa pun, kuretase akan mengikis dinding rahim bagian dalam yang membuatnya semakin “tipis” dan akhirnya mempercepat terjadinya perlengketan.

Sebaliknya, jangan pula menganggap remeh pentingnya kuretase bila memang diperlukan.Padahal, meski keguguran terjadi spontan, bukan tidak mungkin masih ada sisa-sisa kehamilan berupa selaput plasenta. Bila dibiarkan, sisa-sisa ini akan menjadi mediator subur bagi perkembangan bakteri yang pada gilirannya menjadi penyebab infeksi.

Kelainan Plasenta

Normalnya plasenta akan menempel pada endometrium saat terjadi kehamilan. Namun ada pula jenis plasenta yang disebut plasenta akreta. Yakni plasenta yang merekat begitu kuat sampai masuk ke dalam selaput lapisan otot rahim. Hanya saja kelompok wanita mana saja yang rentan mendapat plasenta akreta ini belum bisa dipastikan. Meski sejauh ini diduga plasenta akreta terkait erat dengan faktor gizi buruk.Pada mereka yang status gizinya buruk, plasenta yang idealnya berimplantasi pada dinding rahim, justru terpaksa menembus lapisan otot rahim untuk mencari “makanannya”.

Jika terjadi perlengketan semacam ini, tindakan manual dengan menarik plasenta seusai persalinan perlu dilakukan untuk membebaskan perlengketan tadi. Meski salah satu risikonya adalah perdarahan pasca persalinan karena pembuluh darah yang ikut terjebol pasti lebih banyak dibanding bila tak ada perlengketan. Jika kondisinya sudah parah,alternatif yang ditempuh adalah pengangkatan rahim untuk meminimalkan perdarahan yang terus-menerus.

Tapi tak usah kelewat cemas. Angka kejadian plasenta akreta ini relatif sangat kecil, tak lebih dari 5 persen. Yang lebih sering terjadi justru plasenta yang terperangkap. Artinya, plasenta yang normalnya 30 menit setelah kelahiran bayi akan keluar dengan sendirinya, kali ini tidak mau keluar. Umumnya,jika setelah ditunggu 30 menit tidak keluar, mau tidak mau harus diambil tindakan manual untuk melahirkan plasenta.

Riwayat Operasi

Terutama operasi sesar dan operasi usus buntu yang sudah parah, semisal sudah bocor. Padasetiap tindakan operasi pasti akan ada luka terbuka. Padahal, setiap luka pasti akan diserbu lapisan omentum, yang berusaha menutup luka tadi. Itu sebabnya perlengketan sangat berpeluang terjadi pada sesar yang tidak benar atau yang banyak menyisakan darah.

Hal yang sama juga amat mungkin terjadi pada sesar yang penyembuhan lukanya kurang bagus, semisal dalam seminggu belum kering. Di sinilah pentingnya kontrol kembali ke dokter yang menangani. Meski sebetulnya kontrol sendiri pun gampang dilakukan, yakni bila dalam waktu seminggu luka bekas operasinya masih basah atau mengeluarkan cairan.

Secara teoritis, kalau kondisi bagian dalam luka baik, tentu bagian luarnya jauh lebih baik. Sebaliknya, jika bagian luarnya tak baik, bisa dipastikan ada sesuatu yang enggak beres di bagian dalamnya.

Tak heran kalau sesar kedua dan seterusnya memperbesar peluang terjadi perlengketan. Baik perlengketan antara rahim dengan dinding perut, maupun dengan usus dan kandung kencing. Kendati secara teori,seorang ibu boleh melahirkan dengan sesar 3-4 kali.

Namun dengan jumlah 3 anak yang dianggap sudah memadai, harus dipertimbangkan matang-matang karena makin sering melakukan operasi sesar pada tempat yang sama, kemungkinan robeknya rahim pun kian besar. Ini jelas amat membahayakan si ibu maupun janin.

Kontraksi Makin Buruk

Perlengketan bukan hanya menyulitkan wanita hamil, tapi juga memperburuk kontraksi rahim usai proses persalinan. Kalau perlengketannya berat, otomatis kontraksinya jadi berkurang. Akibatnya, proses pengecilan rahim jadi terhambat dan peluang terjadinya perdarahan postpartum pun kian besar. Dengan begitu, bisa ditebak bahwa wanita hamil yang kontraksinya bagus, besar kemungkinan tidak ada perlengketan dalam rahimnya.

Kendati ada sejenis suntikan utorotonika yang digunakan untuk memperbaiki kontraksi yang kurang baik, namun ia tak begitu saja menghilangkan perlengketan yang ada. Tetap harus dengan antibiotika yang pas ataupun dengan histeroskopi. Sedikit berbeda dengan laparoskopi, teknik ini justru memasukkan trochar dan kamera lewat vagina ke dalam rongga rahim. Kemudian dengan teknik cauter, perlengketan-perlengkatan tadi “dibakar” atau disunduti.

Risiko tindakan ini pun tidak sedikit. Semisal perdarahan atau malah kebablasan yang berakibat pada perforasi dinding rahim bagian dalam. Oleh sebab itu,dituntut kecermatan dan keahlian ginekolog dalam menangani perlengketan.

Reference : http://www.anak-ibu.com/panduan/mandul-akibat-perlengketan

4 komentar

  1. saya juga mengidap perlengketan tuba palopi, dan sudah di laparoskopi. Apa yang harus saya lakukan supaya sembuh…karena sampai saai ini belumada perubahan. dan setelah laparoskopi saya tidak diberi suntikan hormon. Apa perlu
    suntikan hormon saya lakukan. tolong di jawab..terimakasih sebelumnya


    • Untuk sementara coba diperbaiki lgi makanan yang dikonsumsi, setidaknya itu bisa memperbaiki. Dan lebih baik jika mengkonsumsi makanan suplement organik, atau minyak ikan. Apakah mba iis juga sering mengeluh sakit pinggang? O iya mengenai suntikan hormon, coba konsultasikan dengan dokter yang menangani, saya kurang faham mengenai hal itu.


  2. Saya kalau haid selalu sakit,kadang sampai pingsan,setelah di USG hasilnya ada perlengketan,itu gimana cara pengobatannya?soalnya kata dokternya harus punya anak dulu baru bisa sembuh.sudah ±7thn saya mengalami sakit setiap haid..mohon bantuannya terimakasih


    • Makan makanan sehat saja mba. Jangan stress dan terlalu memikirkan penyakit yg ada, klo terlalu difikirkan jd kurang baik trhadap penyakit yg dipunya. Fikirannya hrs selalu positif. Selalu semangat mba, alhamdulillah ada yg berhasil hamil dengan walaupun ada kondisi perlengketan.



Tinggalkan Balasan ke Admin Batalkan balasan